3. Menentukan Elemen Pencahayaan (Fotografi Kelas X DKV)
2 Melakukan pengoperasian masing masing komponen pencahayaan dalam kamera.
Pencahayaan adalah objek yang diutamakan oleh setiap titik fokus dan akan
menghasilkan gambar atas foto yang sempurna.
2.1 Menentukan pilihan ISO ditentukan sesuai dengan kondisi penyinaran
Secara
sederhana, ISO adalah
ukuran tingkat sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya. Dengan kata lain,
semakin rendah settingan ISO pada sebuah kamera, maka kualitas foto yang akan
dihasilkan pun semakin bagus.
Semakin
rendah settingan ISO pada kamera yang kamu miliki, maka kualitas gambar yang
dihasilkan berkualitas tinggi.
Tidak
selamanya memungkinkan untuk menggunakan ISO yang rendah terutama saat kamu
sedang mengambil gambar dalam kondisi kurang cahaya. Biasanya, nomor ISO
mulai dari 100-200 (Base ISO). Urutan ISO adalah: 100, 200, 400, 800, 1600,
3200, 6400 dan lain-lain. Yang penting untuk dipahami adalah setiap langkah di
antara angka tersebut, secara efektif melipat-gandakan sensitivitas sensor.
Jadi,
ISO 200 dua kali lebih sensitif dari ISO 100, sedangkan ISO 400 dua kali lebih
sensitif dari ISO 200. Ini membuat ISO 400 empat kali sensitif terhadap cahaya
dari pada ISO 100, dan ISO 1600 enam belas kali lebih sensitif terhadap cahaya
seperti dari pada ISO 100, dan seterusnya. Jadi, apa artinya memiliki sensor
berukuran enam belas kali lebih sensitif terhadap cahaya? Itu berarti
dibutuhkan enam belas kali lebih sedikit waktu untuk menangkap gambar.
Contoh kecepatan rata-rata ISO:
·
ISO 100 – 1 second
·
ISO 200 – 1/2 of a second
·
ISO 400 – 1/4 of a second
·
ISO 800 – 1/8 of a second
·
ISO 1600 – 1/15 of a second
·
ISO 3200 – 1/30 of a second
Jadi,
sebagaimana contoh kecepatan ISO di atas, jika sensor kamera membutuhkan waktu
1 detik untuk menangkap gambar pemandangan di ISO 100, maka dengan beralih ke
ISO 3200, kamu bisa menangkap pemandangan yang sama pada 1/30 detik.
Kapan
waktu terbaik untuk menggunakan settingan ISO tinggi dan rendah?
Berikut ini adalah pilihan yang bisa anda gunakan saat sedang memotret.
·
ISO 100-200: Foto Anda
akan memiliki detail dan kualitas terbaik; bagus untuk pemotretan di siang hari
karena tidak perlu lagi meningkatkan ISO lebih tinggi. Penembakan pada 1600
dalam kondisi terang akan menjadi limbah karena hal ini akan mengakibatkan
adanya gabah yang mudah terhindar.
·
ISO 200-400: Untuk
kondisi yang sedikit lebih gelap, seperti di tempat teduh atau di dalam ruangan
di tempat menyala (terang).
·
ISO 400-800: Menggunakan
rentang ini saat memotret dengan lampu kilat di dalam ruangan sangat menolong
karena membantu kamu menghasilkan paparan yang lebih banyak dengan latar
belakang yang terperinci.
·
ISO 800-1600: Fotografer
acara sering tidak memiliki pilihan selain menggunakan rentang ini karena
siaran langsung sering terjadi dalam kondisi kurang cahaya dimana flash tidak
diizinkan.
·
ISO 1600-3200: Sekali
lagi, fotografer acara akan menggunakan rentang ini untuk pertunjukan live,
tapi juga digunakan dalam kondisi cahaya rendah yang ekstrem dimana menggunakan
tripod bukanlah pilihan.
·
ISO 3200+: Rentang ini
dicadangkan untuk kondisi cahaya ekstra rendah dan efek artistik seperti pada
kebanyakan kamera, dan tidak mungkin untuk menghindari hasil kasar dalam
rentang ini.
2.2 Menentukan bukaan diafragma sesuai rencana pemotretan dan penyinaran
Diafragma
merupakan salah satu komponen dari lensa yang berfungsi mengatur intensitas
cahaya yang masuk ke dalam kamera. Diafragma lensa biasanya membentuk lubang
mirip lingkaran atau segi tertentu. Ia terbentuk dari sejumlah lembaran logam
(umumnya 5, 7, atau 8 lembar) yang dapat diatur untuk mengubah ukuran lubang.
Diafragma
merupakan komponen yang selalu ada dalam sebuah kamera dan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi banyak tidaknya penerimaan cahaya yang ada pada sebuah
foto. Faktor faktor yang mempengaruhi gelap terangnya sebuah foto atau gambar
adalah shutter speed (kecepatan rana), aperture (diafragma), dan ISO
(sensitifitas penerimaan cahaya pada kamera).
Fungsi utama diafragma adalah untuk mengendalikan jumlah
cahaya yang masuk ke dalam kamera. Pada dasarnya kondisi cahaya disaat kita
melakukan kegiatan fotografi sangat bervariasi dan kamera membutuhkan diafragma
untuk mengendalikan jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera sehingga jumlah
cahaya yang masuk sesuai dengan kebutuhan (normal), tidak kurang, dan tidak
berlebih.
Penggunaan
diafragma pada kamera umumnya adalah bila kondisi cahaya remang-remang, maka
bukaan lensa/diafragma diperbesar agar tidak kekurangan cahaya, sedangkan bila
cahaya yang masuk ke kamera berlebih (biasanya terjadi pada saat kondisi panas
terik bila di luar ruangan) bukaan diafragma diperkecil agar tidak kelebihan
cahaya. Indikator bukaan diafragma pada kamera berbanding terbalik dengan
kondisi bukaan pada diafragma, semakin kecil angka dari diafragma yang
ditampilkan dalam kamera maka semakin besar bukaan diafragma pada lensa,
artinya cahaya yang masuk semakin banyak. Sebaliknya semakin besar angka
diafragma yang ditampilkan dalam kamera, maka semakin kecil bukaan diafragma
pada lensa artinya cahaya yang masuk semakin sedikit.
Prinsip
kerja diafragma dibedakan pada jenis kamera, yaitu:
1. kamera
konvensional (analog)
·
Ketika tombol shuter ditekan maka diafragma pada kamera
akan terbuka seketika. Pantulan cahaya dari benda yang ada di depan kamera
masuk lewat celah diafragma itu dan menembus hingga kedalam lempengan film yang
sangat peka cahaya.
·
Kemudian, diafragma menutup secara otomatis dan
tiba-tiba. Cahaya yang masuk pada kamera akan membakar lempengan film. Cahaya
terang akan membuat lapisan film terbakar (menghitam) sedang cahaya gelap pada
dasarnya tidak membakar lapisan.
·
Proses terakhir setelah film terbakar yaitu pencucian dan
pencetakkan lembaran film yang nantinya akan menghasilkan sebuah foto.
2.
kamera non-konvensional (digital)
·
Ketika tombol shutter ditekan, cahaya masuk ke lensa dan
diafragma terbuka untuk mengatur banyak cahaya yang masuk.
·
Cahaya yang masuk ke dalam kamera kemudian dipantulkan ke
atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma.
·
Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya kembali beberapa
kali hingga mengenai jendela bidik atau viewfinder.
·
Selama proses pengambilan foto, cermin akan membuka
keatas dan jendela rana juga membuka, hal ini memungkinkan lensa memproyeksikan
cahaya menuju ke sensor.
·
Setelah foto direkam oleh sensor kamera maka sensor
kamera akan memproses foto itu dan kemudian akan di simpan dalam media
penyimpan data berupa CF card atau SD Card.
Mensetting
diafragma pada kamera dengan mode manual, kita juga harus menyeimbangkannya
dengan beberapa factor, seperti ISO dan shutter speed. Apabila kita mensetting
bukaan lubang diafragma menjadi lebih besar tanpa menyeimbangkannya dengan
mempercepat shutter speed atau menurunkan ISO menjadi lebih rendah maka hasil
foto yang akan didapatkan yaitu foto yang lebih terang daripada keadaan normal
sebuah foto atau yang biasa disebut over exposure.
Sebaliknya,
bila kita mensetting bukaan diafragma menjadi lebih kecil tanpa memperlambat
shutter speed menjadi lebih lambat atau menaikkan ISO menjadi lebih tinggi maka
foto akan semakin gelap dari keadaan normalnya atau sering disebut low
exposure.
Ini adalah
hukum kesetimbangan pada kamera. Jika akan memperbesar lubang diafragma sambil
mempertahankan eksposur agar tidak over atau low, maka anda harus mempercepat
shutter speed. Demikian juga sebaliknya, jika anda akan mengecilkan lubang
diafragma sambil mempertahankan eksposur agar tidak over atau low, maka harus
melambatkan shutter speed.
Intinya, diafragma
adalah komponen dari lensa yang berfungsi mengatur banyak atau sedikitnya
cahaya yang masuk ke kamera. Semakin besar bukaan dari diafragma maka semakin
banyak cahaya yang masuk ke dalam kamera. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil
bukaan diafragma maka semakin sedikit pula cahaya yang masuk ke dalam kamera.
Untuk memperoleh pencahayaan yang normal pada hasil foto
(tidak over exposure/ low exposure), maka diperlukan penyeimbangan dari tiga
komponen pencahayaan pada kamera yaitu diafragma, shutter speed dan ISO.
2.3 Menentukan kecepatan rana sesuai rencana pemotretan dan penyinaran.
Rana adalah “tirai” di depan sensor
dalam kamera yang dapat dibuka dan ditutup serta dapat diatur luas bukaannya
sehingga memungkinkan cahaya untuk menyinari sensor pencitraan selama waktu
tertentu. Biasanya dalam pengambilan foto kecepatan membuka dan menutup rana
ini sangat cepat bahkan bisa mencapai satu per ribuan detik sampai cukup lama
misalnya tiga puluh detik.
Semakin lama rana terbuka memungkinkan
cahaya untuk menyinari sensor gambar semakin banyak, dengan demikian gambar
semakin terang karena lebih banyak cahaya dikumpulkan. Gambar yang lebih gelap
dihasilkan ketika rana bergerak sangat cepat dan hanya memungkinkan cahaya
menyentuh sensor pencitraan selama sepersekian detik. Durasi rana yang
memungkinkan cahaya ke sensor gambar disebut kecepatan rana, dan diukur dalam
sepersekian detik.
Banyak kamera DSLR kelas atas memiliki fitur kecepatan rana (shutter
speed) sangat tinggi yang bisa mencapai 1/8000 detik atau lebih. Sementara di
sisi yang lambat, sebagian besar DSLR memungkinkan kecepatan rana hingga 30
detik. Kita juga bisa menggunakan mode “BULB” untuk pengaturan shutter speed
manual. Dalam mode ini rana tetap terbuka sampai tombol pelepas rana ditekan.
Pada dasarnya shutter speed mengontrol
dua aspek pada pengambilan gambar, yaitu:
1. Ini mengontrol cahaya yang masuk agar
foto tidak terlalu terang akibat pencahayaan yang berlebihan, atau memilih pencahayaan
pada obyek utama terekpos dengan tepat.
2. Menangkap gerakan dalam adegan agar
tervisualisasi dalam foto.
Memotret di siang hari kemungkinan
besar kita akan mendapatkan cahaya yang berlebihan sehingga harus menggunakan
shutter speed yang cepat. Dalam situasi berlebih cahaya seperti itu,
filter neutral density (ND) dapat digunakan untuk mengurangi jumlah
cahaya yang masuk ke sensor kamera. Filter ND berguna untuk memotong cahaya
yang masuk ke kamera tanpa memengaruhi warna seperti kacamata hitam.
Shutter speed yang rendah bermanfaat
untuk menangkap obyek dengan pencahayaan minim, seperti pengambilan foto pada
malam hari atau dalam ruangan. Resiko menggunakan kecepatan SS rendah adalah
gambar yang dihasilkan rawan “goyang” serta obyek yang bergerak akan terlihat
kabur. Untuk mengatasi gambar “goyang” kita hanya butuh tripod agar kamera tidak bergerak waktu pengambilan foto.
Walaupun saat ini banyak kamera digital yang sudah memilih fitur peredam
getaran, namun tetap saja tripod masih sangat membantu.
kemampuan peredam getaran yang biasa ditanam di body kamera atau di
bagian lensa hanya mampu meredam getaran pada level tertentu. Fitur ini juga
ada kadang beresiko pada cropping dimensi foto.
3
Menetapkan
pengaturan pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan
Cahaya merupakan unsur yang paling
penting dan sangat diperlukan dalam fotografi. Tanpa adanya cahaya, sebuah foto
tidak dapat tercipta. Pengaruh cahaya mampu menciptakan beragam karakter pada
sebuah foto. Jika salah dalam mengatur pencahayaan, maka dipastikan hasil foto
akan ”hancur”.
3.1 Menentukan ISO dengan tepat untuk mendapatkan
kualitas gambar yang optimal
ISO merupakan kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu “isos” yang artinya setara (equal). ISO merupakan singkatan dari
International Standardization Organization.
Pada dunia fotografi ISO lah yang
menunjukkan tingkat sensitivitas kamera terhadap cahaya. Tingkat sensitivitas
sangatlah penting karena inilah yang menentukan seberapa banyak cahaya yang
diperlukan dan seberapa lama shutter akan membuka untuk merekam sebuah gambar.
Secara umum, penggunaan ISO
mempengaruhi kualitas gambar. Gambar yang baik adalah yang tidak menggunakan
ISO terlalu tinggi. Karena ISO yang di setting terlalu tinggi dapat menimbulkan
bintik-bintik atau yang disebut noise. Selain itu juga dapat mempengaruhi
ketajaman dari warna yang didapat.
Dalam
pemilihan ISO yang tepat, beberapa fotografer menggunakan panduan berikut ini.
1.
ISO
100-200
Digunakan untuk
pengambilan gambar pada saat hari yang cerah di luar ruangan atau ketika
mengambil foto dalam studio dengan lampu flash.
2.
ISO
400
Digunakan ketika
memotret saat hari mendung atau di kala senja hari.
3.
ISO
800
Digunakan untuk
membidik sunset (matahari terbenam) atau dalam ruangan yang dipancarkan lampu
terang.
4.
ISO
1600
Dipakai di dalam
ruangan, atau untuk merekam momen pertunjukan tari dan drama.
5.
ISO
3200
Angka ini digunakan
dalam ruangan yang agak gelap, ketika matahari baru terbenam.
6.
ISO
6400
Saat anda ingin
mengabadikan momen makan malam romantis dengan lampu kecil, lilin, atau api,
atau memotret pertandingan olahraga di malam hari.
Semakin cepat
shutter speed maka semakin kecil jumlah cahaya yang dapat masuk ke sensor. Jadi
saat keadaan minim cahaya, fotografer dapat menaikkan ISO. Setting inilah yang
membantu kamera untuk memasukkan cahaya secara maksimal ke dalam gambar
sehingga objek dapat terekam. menggunakan ISO terlalu tinggi, dapat menyebabkan
kualitas gambar yang dihasilkan semakin rendah.
Ada beberapa hal-hal
yang perlu diingat, bisa juga menjadi sebuah rumus fungsi ISO pada kamera:
1. Pada kisaran
kecepatan ISO Normal, semakin rendah kecepatan ISO berarti semakin tinggi
kualitas gambarnya.
2. Meninggikan
kecepatan ISO, memungkinkan kamera menetapkan shutter speed yang lebih cepat.
3. Kecepatan ISO yang
lebih tinggi akan menimbulkan noise.
Jika aperture
merupakan lebar sinar cahaya yang melintas, sedangkan shutter speed merupakan
waktu yang diperlukan sinar cahaya untuk melintas, maka kecepatan ISO
menjelaskan kemampuan sensor gambar dalam meraba cahaya.
3.2
Menentukan pilihan bukaan diafragma untuk mendapatkan ruang tajam yang
sesuai kondisi dan rencana pemotretan
Bukaan
lensa biasa juga disebut bukaan diafragma atau aperture diafragma. Memahami bukaan lensa
sangat penting bagi pelajar fotografi karena bukaan menentukan dua hal penting.
Dan
sebenarnya tidak sukar memahami bukaan.
1.
Bukaan
menentukan banyaknya cahaya yang masuk. Semakin besar bukaan, semakin besar
cahaya yang masuk.
2.
Bukaan
menentukan kedalaman fokus. Semakin besar bukaan, kedalaman fokus menjadi
tipis, sehingga latar belakang lebih kabur / blur daripada bukaan yang kecil.
Semakin
kecil angka diafragma nya maka semakin banyak sinar yang masuk karena bukaan
diafragma semakin besar artinya memberikan ruang tajam lebih sempit.
Semakin
besar angka diafragma nya maka semakin sedikit sinar yang masuk karena bukaan
diafragma semakin kecil artinya memberikan
ruang tajam yang luas.
Diafragma
dinyatakan dalam angka f (kecil) disebut pula f stop.
Urutan
angka diafragma menggambarkan besar bukaan: f:1.4, f:2, f:2.8, f:4, f:5.6, f:8,
f:11, f:16, f:22.
Gunakan
bukaan besar (angka f kecil, f:1.4 – f:5.6) untuk mengisolasi background yang
mengganggu.
Gunakan
bukaan kecil (angka f besar, f:8 – f:22) untuk pemotretan lengkap.
Jika
terik matahari maka mata kita akan mengernyit, mengecil = diafragma kecil.
Di
dalam ruangan maka mata kita akan melebar = diafragma
besar.
Di
samping fungsinya sebagai katup kontrol cahaya, aperture juga dapat digunakan
untuk menyesuaikan area yang ada dalam fokus (depth-of-field).
Apabila
aperture-nya kecil, depth-of-field-nya besar. Hal ini akan membawa semua subjek
latar depan dan latar belakang ke dalam fokus.
Apabila
aperture terbuka lebar (aperture maksimum), depth-of-field akan dangkal.
Jika
subjek Anda di latar depan, dan Anda sudah menetapkan fokus padanya, Anda dapat
menciptakan efek yang disebut bokeh
(buram latar belakang). Hal ini mengisolasi subjek dari latar belakang,
sehingga subjeknya menjadi tajam dan latar belakang menjadi buram.
●
Jika
ada sesuatu di depan subjek Anda, Anda juga dapat menggunakan aperture maksimum
untuk memburamkannya dan menciptakan bokeh latar depan.
●
Apabila
depth-of-field dangkal, tetapkan fokus secara hati-hati—mungkin ada bagian
subjek yang keluar dari zona fokus.
Apabila
mengambil bidikan dengan aperture yang terbuka sepenuhnya, area yang berada di
dalam fokus menjadi lebih sempit, akibatnya, latar belakang menjadi begitu
buram.
Mengambil
bidikan dengan aperture kecil akan menghasilkan gambar tajam yang berada di
dalam fokus, baik pada latar depan maupun latar belakang.
Gambar
dengan area fokus yang besar memiliki "deep focus,"
sedangkan area dalam fokus yang kecil memiliki "shallow focus."
Salah
satu saran yang sering dilakukan adalah berhati-hati dalam melakukan stopping
down aperture Anda secara efektif. Karena, apabila Anda menggunakan aperture
yang terlalu sempit, akan terjadi difraksi.
Difraksi
terjadi apabila bukaan diafragma begitu sempit sehingga menyebabkan cahaya
melengkung ketika memasukinya, mengakibatkan pantulan yang tidak beraturan di
sekeliling bilah aperture. Pantulan yang tidak beraturan ini menyebabkan gambar
Anda terlihat kurang tajam.
Karena
itu, apabila Anda ingin memperdalam fokusnya, nilai aperture f/8 hingga f/11,
biasanya sudah cukup.
Dalam
istilah awam, nilai aperture maksimum lensa adalah kecerahan saat aperture
terbuka sepenuhnya.
Dalam
berbagai istilah yang sangat teknis, aperture maksimum lensa adalah fungsi
inversi (pembalikan) diameter lensa efektif dibagi focal length (panjang
fokus).
Bagaimanapun,
ini artinya, bahwa semakin besar ukuran pembukaan aperture, semakin kecil nilai
aperture.
3.3
Menentukan pilihan kecepatan rana untuk menghasilkan kesan gerak atau beku/diam,
sesuai kondisi dan rencana pemotretan
kecepatan
rana adalah rentang waktu saat jendela atau katup yang menutup sensor kamera
terbuka. Secara lebih mudah, kecepatan rana berarti waktu dimana sensor kita
‘melihat’ subyek yang akan kita foto. Gampangnya kecepatan rana adalah waktu
antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke
posisi semula.
Umumnya
Kecepatan rana terdiri dari urutan angka 8000, 4000, 2000, 1000, 500, 250, 125,
60, 30, 15, 8, 4, 2, dan 1. Angka ini merupakan angka kebalikan dari lama
pajanan dalam detik. Misalnya angka 30 berarti 1/30 detik, dan seterusnya.
Untuk kecepatan rana lebih lama dari 1 detik menggunakan tanda “. Sementara
kecepatan rana bebas sesuai dengan pemencetan tombol rana oleh fotografer diberi
tanda B(Bulb). Namun angka tersebut tidaklah mutlak. Banyak produsen kamera
menggunakan kecepatan rana yang hanya mendekati angka tersebut.
Fungsi
kecepatan rana antara lain untuk menggelapkan dan menerangkan serta untuk
membekukan objek dan membuat kesan gerak.
Untuk
membekukan maka percepat waktu menutupnya rana dengan meningkatkan waktu
percepatannya dengan angka semakin ke kiri, sedangkan sebaliknya untuk
membuatnya memiliki kesan gerak geser percepatan rana lebih lambat atau
kekanan.
Dalam
aplikasinya terdapat banyak teknik dalam fotografi yang menggunakan fungsi
kecepatan rana dalam membuat karya foto yang indah seperti; panning, slow
speed, memotret bintang dll.
Kita
dapat memanipulasi kecepatan rana untuk mempengaruhi hasil gambar pemotretan.
3.4
Menerapkan kreativitas dalam pencahayaan
Cahaya
merupakan faktor terpenting yang menentukan hasil pemotretan. Fotografer harus
sangat memperhatikan faktor ini karen pencahayaan menjadi faktor penentu
kualitas hasil pemotretan.
Memanfaatkan
cahaya dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu:
1.
Sumber
cahaya alami (Available Lighting)
Pemotretan yang
memanfaatkan cahaya tersedia, baik cahaya alam (natural light), maupun cahaya
ruangan (room light).
2.
Sumber
cahaya buatan (Artificial lighting)
Pemotretan
menggunakan sumber cahaya yang ditambahkan seperti penggunaan flash strobist,
studio light dan alat-alat pendukung.
Terdapat
setidaknya lima teknik dasar pencahayaan yang perlu diketahui oleh para
fotografer dalam melakukan pemotretan, yaitu:
1.
Key
Light
Key light adalah
teknik pencahayaan paling penting dengan sumber cahaya yang terkuat. Sumber
cahaya ini ditempatkan sedemikian rupa (biasanya membentuk sudut 45º) di antara
kamera dan objek foto. Sehingga satu sisi objek foto akan terang, dan sisi lain
agak gelap. Key light merupakan teknik pencahayaan paling terang dalam
pencahayaan fotografi yang bertujuan mempertegas bentuk dan dimensi dari objek
foto. Namun teknik pencahayaan ini membuat objek foto tidak memiliki detail
bayangan yang bagus dan kurang terlihat alami, serta memiliki kontras yang
tinggi.
2.
Fill
Light
Teknik Fill Light
digunakan sebagai sumber cahaya sekunder pada teknik key light. Teknik ini
menempatkan sumber cahaya di sisi berlawanan dari objek (membentuk sudut -45º).
Sumber cahaya ini tidak seterang key light, karena hanya digunakan untuk
mengisi bayangan yang dihasilkan key light.
Teknik Fill light
membantu mengurangi kontras yang dihasilkan oleh key light sehingga gambar
lebih terlihat natural. Teknik ini biasanya digunakan untuk memberikan efek
suasana yang hangat atau dingin.
3.
Back
Light
Teknik Back light
menempatkan sumber cahaya di belakang objek dan digunakan untuk pencahayaan
dari sisi belakang. Backlight bisa lebih terang atau lebih redup dari key
light. Sumber cahaya pada teknik backlight akan memberikan highlight yang cukup
pada objek foto sekaligus memisahkan objek dari latar belakang. Backlight akan
menambah kedalaman gambar sehingga membuat tampilan gambar terkesan tiga
dimensi.
4.
Oval
Light
Teknik Oval light
adalah teknik pencahayaan yang memanfaatkan arah datangnya cahaya dari sudut
45º dari posisi fotografer berada. Atau sekitar 3/4 dari posisi objek yang akan
dipotret sehingga akan terdapat sedikit bayangan pada bagian belakang objek.
Teknik ini membuat
dimensi pada objek foto lebih terlihat tanpa harus kehilangan karakter warna
yang dimilikinya. Oval light biasanya digunakan di dalam studio dan biasanya
dikenal sebagai membran light atau lip. Teknik ini menggunakan reflektor guna
membantu mencari arah pencahayaan yang tepat.
5.
Side
Light
Teknik side light
adalah teknik pencahayaan dengan memanfaatkan cahaya yang datang di samping
objek. Sehingga, posisi jatuhnya bayangan berada tepat di posisi lainnya.
Teknik ini memberi kesan bentuk
dimensi yang kuat sehingga banyak dipakai pada foto arsitektur atau lanskap.
Pencahayaan dari samping ini juga akan menguatkan tekstur dari objek foto.
Teknik side light seringkali digunakan pada foto hitam-putih.
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setting kamera merupakan satu langkah yang sangat penting
untuk menghasilkan visualisasi gambar yang tajam dan apik. Untuk itu tips
setting kamera yang harus diperiksa sebelum mulai memotret menjadi salah satu
hal yang cukup penting diketahu. Setting kamera sendiri merupakan merupakan
pengaturan kamera di beberapa fitur agar hasil yang dibidik sesuai dengan yang
diinginkan. Tentu setting kamera tidak semua sama sebab setting kamera
disesuaikan dengan objek yang dipotret, tempat dan nuansa yang diinginkan.
Untuk itu beberapa hal dari setting kamera yang harus diperiksa sebelum mulai
memotret menjadi suatu hyal yang wajib dilakukan. Pasalnya, penggunaan kamera
tidak hanya asal saja melainkan juga harus mengatur beberapa setting pada
kamera tersebut.
4.2. Saran
Dalam proses penciptaan karya fotografi terutama
fotografi ekspresi
diperlukan perencanaan pemotretan yang matang. Mulai dari
pencarian lokasi,
pencahayaan yang baik, pemilihan objek dan peralatan yang
digunakan. Dengan
perencanaan yang matang, kendala-kendala di lokasi
nantinya akan dapat diatasi.
Untuk pengembangan lebih lanjut, objek yang digunakan
perlu dilakukan
suatu percobaan. Eksplorasi teknik ilusi optik ini dapat
diterapkan ke berbagai objek
lainnya. Untuk menghasilkan suatu karya seni yang beragam
dengan pembahasan
yang berbeda.
Posting Komentar untuk "3. Menentukan Elemen Pencahayaan (Fotografi Kelas X DKV)"